Novel adalah
karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan
sifat setiap pelaku. Dibandingkan dengan roman, model penceritaan novel tidak
begitu terperinci. Ciri khas novel yaitu adanya perubahan nasib tokoh yang
diceritakan. Sejarah novel Indonesia diawali sekitar tahun 1920-an, dengan pengarang
seperti Marah Rusli, Merari Siregar, Sultan Takdir Alisjahbana, Abdul Muis, Nur
Sutan Iskandar, Jamaluddin (Adinegoro), Hamka (Abdul Malik Karim Amrullah),
Sariamin (Selasih/Seleguri), Suman Hs. (Hasibuan), Tulis Sutan Sati, Mohammad
Kasim, dan Aman Datuk Madjoindo. Novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an
termasuk dalam angkatan Balai Pustaka.
Balai Pustaka merupakan sebuah komisi (Commissie voorchet volkslectuur) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah (1) memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta (2) memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka.
a. Adat
Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku.
b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita.
c. Etika
Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan.
d. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an.
1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara adalah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
Balai Pustaka merupakan sebuah komisi (Commissie voorchet volkslectuur) yang didirikan pada tanggal 14 September 1908. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah (1) memberi bacaan kepada rakyat untuk menyaingi penerbitan Cina, yang dianggap membahayakan pemerintah Belanda serta (2) memasukkan tujuan utama pihak penjajah ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa syarat naskah yang masuk ke Balai Pustaka, yakni netral dari agama, tidak mengandung politik, dan tidak menyinggung kesusilaan.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang novel Indonesia tahun 1920 sampai 1930-an berikut ini adat, kebiasaan, dan etika yang terdapat dalam beberapa novel angkatan Balai Pustaka.
a. Adat
Adat adalah suatu aturan/peraturan yang lazim diturut/dilakukan sesuai dengan situasi dan waktu tertentu. Adat diartikan sebagai hukum tak tertulis sehingga bersifat mengikat masyarakat penggunanya. Adat inilah yang akan menentukan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Jika tokoh mematuhi adat yang berlaku, maka ia dianggap tokoh yang baik dan layak ditiru. Sebaliknya, jika ada tokoh yang menentang atau tidak taat adat biasanya akan dijauhi atau dihukum sesuai adat yang berlaku.
b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan budaya atau tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan. Kebiasaan terkait latar belakang budaya dalam cerita.
c. Etika
Etika berkaitan dengan apa yang dianggap baik atau buruk, atau sopan-tidak sopan pada kebiasaan tokoh-tokoh ceritanya. Etika berkaitan dengan moral atau perilaku yang terpengaruh oleh adat dan kebiasaan.
d. Bahasa
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Angkatan 20-an dipengaruhi oleh bahasa daerah. Penggunaan ungkapan dan perbandingan sebagai bentuk kiasan banyak dijumpai dalam karya sastra angkatan 20-an.
1. Novel Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara adalah sebuah novel tahun 1920 yang ditulis oleh Merari Siregar dan diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit besar di Indonesia kala itu. Novel ini mengisahkan sepasang kekasih, Amiruddin dan Mariamin, yang tidak dibolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama dalam bahasa Indonesia.
Adat dan kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1.
Menikahkan anak secara paksa (jodoh
dipilihkan orang tua) Aminudin dijodohkan dengan wanita bukan pilihannya
2.
Harta merupakan pertimbangan dalam
menjodohkan anak Mariamin berasal dari keluarga kurang mampu maka ditolak oleh
keluarga Aminudin.
3.
Poligami (laki-laki dengan istri lebih
dari satu) Kasibun mengku perjaka ternyata telah beristri, dan Mariamin
dijadikan isteri kedua.
4.
Budaya makan keluarga selalu dilakukan
bersama-sama (lengkap; ayah, ibu, dan anak). Jika ada sesuatu hal yang di luar
kebiasaan terjadi, maka anak diperbolehkan makan terlebih dahulu. Sementara
istri harus tetap mengunggu suaminya.
5.
Anak harus menurut perintah ibunya.
Kutipannya sebagai berikut.
Etika moral
yang dapat kita temukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai
berikut.
1.
Anak sangat berbakti kepada orang
tuanya. Aminudin tak mencintai wanita pilihan orang tuanya namun tak berani
menolak karena baktinya kepada orang tuanya.
2.
Isteri sangat taat kepada suaminya.
Meskipun Mariamin ditipu oleh Kasibun yang mengaku perjaka, ia tetap berbakti
kepada suaminya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Azab dan Sengsara" sebagai berikut.
1.
Telekomunkasi jarak jauh asih
menggunakan surat atau telegram
2.
Pernikahan dipandang dari bibit, bebet,
dan bobot
3.
Anak laki-laki biasanya pergi merantau
untuk mencari pekerjaan
2. Novel Sengsara Membawa Nikmat
Sengsara Membawa Nikmat merupakan judul sebuah novel karangan Tulis Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1929. Dengan latar belakang adat budaya Minangkabau, novel ini berkisah tentang pengembaraan seorang tokoh utamanya yang bernama Midun. Gambaran pengembaraan yang diceritakan cukup realistis serta tidak terpaku di wilayah Sumatera saja namun juga sampai ke pulau Jawa.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
1.
Agama dijunjung tinggi(terutama Islam).
2.
Kehidupan masyarakatnya bergotong royong
3.
Penguasa sering semena-mena, bahkan
berbuat kejam.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
1.
Mengenai warisan, harta benda yang
ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/diambil alih oleh keluarga asal
bukan keluarga setelah menikah (Sumatra)
2.
Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang
melanggar hukumannya berat
3.
Penyerahan kekuasaan terhadap penerusnya
dalam suatu daerah diserahkan oleh pemegang jabatan/kekuasaan sebelumnya
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Sengsara Membawa Nikmat" sebagai berikut.
1.
Para pemuda memainkan permainan sepak
raga (prmainan bola kaki)
2.
Masih jaman penjajahan Belanda
3.
Hampir semua pemuda di daerah tersebut
mengenal ilmu bela diri
4.
Banyak penduduk yang tidak bisa membaca
3. Novel Salah Asuhan
Salah Asuhan adalah sebuah novel Indonesia karya Abdoel Moeis yang diterbitkan tahun 1928 oleh Balai Pustaka. Novel yang kala itu terbit di Hindia Belanda ini sekarang telah dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia modern awal terbaik sepanjang masa.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1.
Penolakan secara halus dan tidak
menyakiti hati saat ada yang menyatakan perasaan. Bukti: Ketika Hanafi
mengemukakan isi hatinya.
2.
Belenggu Kebiasaan: Bukti: Sementara
itu. walaupun mereka telah mengetahui bahwa Hanafi akan menikah dengan Corrie.
Corrie menolak secara halus.
3.
Meminta maaf apabila berbuat salah.
Bukti: Maka ia meminta kepada istrinya supaya disediakan kain kafan pembungkus
mayatnya.
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1.
Dilarang menikah beda suku. Bukti:
Corrie merasa tidak mungkin menjalin hubungan dengan Hanafi karena perbedaan
budaya di antara mereka.
2.
Sebagai seorang istri, sudah sewajarnya
menunggu suami di rumah.
3.
Seorang istri bagaimanapun juga harus
bersikap hangat pada suami. Rapiah dan ibunya tetap menunggu kedatangan Hanafi
di kampungnya.
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1.
Hanafi: Bergaul dengan orang
Eropa.Bukti: Selama di Betawi, Hanafi dititipkan pada keluarga Belanda,sehingga
dia setiap hari dididik secara Belanda dan bergaul dengan orang-orang Belanda.
Pergaulan Hanafi setamat HBS juga tidak terlepas dari lingkungan orang-orang
Eropa.
2.
Corrie: Mengobrol bersama Hanafi.Bukti:
Mereka suka mengobrol berdua.
3.
Rapiah: Menerima perlakuan suaminya
dengan pasrah. Bukti: Namun, Rapiah tak pernah melawan dan semua perlakuan
Hanafi diterimanya dengan pasrah.
4.
Ibu Hanafi: Memperhatikan Hanafi. Bukti:
Walaupun ibu Hanafi hanyalah seorang janda, dia menginginkananaknya menjadi
orang pandai. Karena itu, ia bermaksud menyekolahkan Hanafi setinggi-tingginya.
Selama sakit, Hanafi banyak mendapatkan nasihat dari ibunya.
4. Novel Siti Nurbaya
Sitti Nurbaya adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922
Kebiasaan yang bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
1.
Ia terbiasa memakai topi putih yang
seringkali dipakai bangsa Belanda. Bukti kutipan: "Topinya topi rumput
putih yang biasa dipakai bangsa belanda"
2.
Seorang gadis yang selalu mengenakan
gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang kembang berwarna merah jambu.
Bukti kutipan: "Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis yang
berkembang merah jambu"
3.
Orang zaman dahulu merokok dengan cara
yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang. Bukti kutipan: "Dekat
putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung rokok
dengan daun nipah."
4.
Orang padang saat berbicara seringkali
menggunakan peribahasa yang penuh arti. Bukti kutipan: "Akan tetapi sebab
ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu, selalulah
rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranagan.
5.
Seorang istri di masyarakat padang
merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya perempuan.
Bukti kutipan: "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu
hamba laki-laki? Tentu saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada
kita; disiksa, dipukul, dan didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan
rumah tangga yang baik."
Adat yang
bisa ditemukan pada novel "Siti Nurbaya" sebagai berikut.
1.
Jika akan melaksanakan proses
perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya. Bukti kutipan:
"Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung
dan sirih kuning tujuh lembar."
2.
Di Padang, pernikahan dipandang sebagai
perniagaan, laki-laki dibeli oleh perempuan, karna perempuan memberi uang
kepada laki-laki. Bukti kutipan: "Perkawinan itu dipandang sebagai
perniagaan, disini laki-laki dibeli oleh perempuan"
3.
Di gunung Padang terdapat banyak
kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi pendatang yang
ingin mendoakan arwah yang telah pergi. Bukti kutipan: " Memang digunung
itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah makam, didalam suatu gua
batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat akan masuk
puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..."
4.
Orang besar, penghulu/orang berpangkat
tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab itulah adat
di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak
keturunan. Bukti kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3,
sampai 4 orang. Bukankah harus orang besar itu beristri banyak?"
5.
Saat ingin makan, sebelumnya harus
menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap seperti ada yang sudah ada. Bukti
kutipan: ".... menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas
dengan kain putih, terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah
Ahmad Maulana makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh
sedikit dari sana...."
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Asuhan" sebagai berikut.
1.
Janganlah kamu bersenang-senang diatas
penderitaan orang lain. Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin,
pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan uang kepadanya, tetapi maksudmu yang
sebenarnya hendak menjerumuskannya ke jurang yang terlebih dalam, karena hatimu
terlebih bengis daripada setan itu, belum puas lagi."
2.
Apabila ada tamu yang datang hendaknya
kita menyediakan minuman dan makanan kecil. Bukti kutipan: "Sementara itu
segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada sekalian tamu.
Demikian pula minum-minuman..."
3.
Sebagai anak muda, hendaklah kita
menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Bukti kutipan: "Ah jangan
Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari bekerja
pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat kesalahan
apa-apa."
4.
Jika sedang bermain dengan teman,
sebaiknya kita menjaga tingkah laku. Bukti kutipan: "Baiklah, tetapi
hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau berlaku yang
tiada senonoh!"
5.
Jika orang tua kita sedang berbincang
dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita masuk dan tidak
perlu mendengarkan pembicaraan mereka. Bukti kutipan: "Kemudian masuklah
ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya itu sedang
memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."
5. Novel Salah Pilih
Adat yang bisa ditemukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
1.
Jika sedarah dilarang menikah, karena
Asri dan Asnah sudah tinggal bersama maka penduduk desa menganggap bahwa mereka
adalah sedarah sebenarnya tidak, tidak ada ikatan darah apapun. Karena merasa
tidak bersalah mereka akhirnya menikah dan mereka harus keluar dari
Minangkabau.
2.
Harta dan kedudukan, Rangkayo Saleah
tidak menyetujui pernikahan anaknya karena mengira Kaharuddin menikah dengan
wanita yang tak tentu asal usulnya sebenarnya wanita tersebut adalah anak
saudagar batik.
Etika moral yang dapat kita temukan pada novel "Salah Pilih" sebagai berikut.
1.
Anak yang berbakti terhadap orang
tuanya, meskipun Asri ingin melanjutkan sekolah sampai menjadi dokter namun,
karena ibunya memintanya untuk pulang ke kampung halamannya dan bekerja di
kampung. Akhirnya Asri menuruti keinginan ibunya.
2.
Kita harus tegar menghadapi cobaan,
sikap Asnah yang sabar dan tulus mencintai Asri membuahkan hasil yang manis
walaupun ia harus menghadapi berbagai cacian dari Saniah. Berkat keteguhan dan
kesabaran hati Asnah dalam mencintai Asri membawa kebahagiaan di akhir cerita.
3.
Kita harus bekerja keras, awal
kepindahannya di Jawa, Asri dan Asnah dijauhi oleh orang-orang yang sama-sama
berniaga di Jawa. Karena kerja keras mereka, akhirnya mereka dapat memajukan
usahanya.
4.
Bertanggung jawab, Asri tidak berniat
sedikit pun untuk menceraikan Saniah meskipun Saniah bukanlah jodoh yang
terbaik.
Untuk mengerjakan tugas bisa langsung
klik Lembar Tugas Disini Atau
bisa Download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar